Sabtu, 08 Juni 2013

Ruang Kita



 

Ruang Kita
 
Siang itu, matahari tetap bersinar terik
Membakar kulit setiap orang yang melewatinya
Membuat para pelaku bisnis enggan keluar dari
lingkarannya
Takut leka karena cuaca, katanya
Nikmatmu yang manakah yang akan engkau
dustakan
Hmm, benarlah firman kalam dariNya
pekiku dalam hati saat istirahat tiba
Ruang Kita
Tontonanku sembari makan siang kala itu
Televisi 17 inchi menahanku dari asyiknya makan
bersama
decak kagum juga heran aku tujukan pada
sosok Lelaki separuh baya
Pak saptono, iya itu namanya
Beliau dan juga anak bungsunya
Telah diliput oleh wartawan di salah satu stasiun
swasta
Lelaki pedagang keliling ikan cupang juga burung
dara , profesinya
Mencoba menjajakan dagangannya dengan
ditemani si warta, anak terakhir dari 5
bersaudara.
Mungkin ku bilang belum pantas dia mengikuti
jejak ayahnya
Bocah baru berumur 2,5 tahun rela ikut
merasakan kerasnya kehidupan Ibukota
Panas, Polusi, Hujan, dan sebagainya tak
menyurutkan langkahnya
Mungkin Hanya ini yang Dia bisa demi kebutuhan
keluarganya
Ketimbang milih jadi peminta-minta
"Mending milih jadi pedagang keliling begini mas,
walaupun hasilnya pas-pasan tapi
halal.."tuturnya. "Daripada jadi pengemis atau
gelandangan, yang kesehariannya meminta-
minta dan mengganggu lalu lintas", imbuhnya
lagi seraya membuatkan susu buat si warta
Hebat benar Bapak satu ini gumanku dalam hati
Terlihat senyum sumeh selalu tersirat di wajah
Beliau
Meski peluh membasahi raga tua
Entah, Dia serasa menahan gejolak batin di
relung jiwa
Yang tak mampu aku baca dengan kasat mata
"5menit lagi, pekerjaan akan segera dimulai.."
Suara peringatan itu membuyarkan lamunanku
tak terasa 30 menit aku terlena
menikmati makan siang sembari menonton
tayangan "Ruang Kita"
22-05-13, Cikarang

0 komentar:

Posting Komentar